Jumat, 18 April 2008

kenapa harus UAN ??

Mungkin dalam bulan-bulan ini banyak orang terutama pelajar baik setingkat smp ataupun sma mulai berdebar-debar menanti perhelatan akbar tahunan yang di selenggarakan pemerintah,memang cukup beralasan?adanya tuntutan standar minimum uan sebesar 5,25 dari pemerintah cukup membuat pusing guru,wali murid dan siswa. Bayangkan saja sekolah yang di tempuh dalam tiga tahun hanya di tentukan dalam tiga hari.kalau memang tidak mampu mencukupi standart dari pemerintah ya maaf mungkin anda bisa coba lagi tahun depan atau ikut kejar paket C. Kebijakan seperti ini banyak sekali menuai pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat.ada sebagaian kalangan yang mengatakan kebijakan seperti ini adalah indikasi dari peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ada juga yang mengatakan kalau dengan adanya uan pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran.

Kalau menurut saya pribadi lebih cenderung mengatakan hal ini sebagai sebuah kemunduran dalam kemajuan,kenapa saya mengatakan hal seperti ini??memang bagus konsep pemerintah tentang adanya uan dan standarisasi nilai sebagai parameter kelulusan,hal ini dapat memacu siswa untuk belajar mati-matian untuk mengejar standart yang di berikan dan pihak sekolah semakin terdorong untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akan tetapi di sisi lain dengan adanya standarisasi nilai seperti ini belum dapat di katakana kalau mutu pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan menurut saya hal semacam ini tidak dapat di gunakan sebagai parameter dalam mengukur kualitas pendidikan. Karena secara teknis kualitas pendidikan tidak bisa di tentukan dengan penilaian yang berorientasi pada nilai,banyak siswa yang sebenarnya memiliki potensi lebih dan bisa di katakana unggul dalam penguasaan materi pelajaran tapi malah justru tidak lulus hal ini membuktikan bahwa UAN hanya malah memberikan tekanan psikologis pada siswa. Bahkan secara psikologi siswa selaku penerima dampak dari kebijakan ini malah menganggap Uan sebagai suatu momok yang di takuti yang sering menimbulkan stres,dan orientasi setiap siswa akan cenderung berorientasi pada bagaimana cara agar dapat memenuhi standart kelulusan dan bukan bagaimana agar saya bisa menguasai mata pelajaran yang di berikan di sekolah. Adanya pradigma semacam ini agaknya harus segera di hilangkan perlu adanya pengkajian tentang dampak psikologis yang timbul karena UAN.

Adanya bimbel tambahan di sekolah maupun di luar sekolah yang di ikuti pelajaar itu juga menjadi salah satu indicator bahwa UAN adalah momok yang di takuti, pendidikan informal ini adalah bukti nyata bahwa siswa telah melewati tahap-tahap di mana beban sikologi tidak lagi terkontrol,mereka berusaha mengurangi ketakutan tersebut dengan mengikuti bimbingan belajar.

Perlu dipertanyakan bagaimana birokrasi menghadapi situasi yang semacam ini?? Apakah birokrasi harus menyediakan sikolog ataukah evaluasi lagi tentang kebijakan ini,sebegitu besar dampak yang di timbulkan hanya karena sebuah cap legalisasi kelulusan dari pemerintah.,

Tidak ada komentar: